Minggu, 22 Mei 2016

Resensi Film Ngenest

Film : NGENEST
Genre :  Comedy
Sutradara : Ernest Prakasa
Produser : Chand Parwez, Fiaz Servia
Penulis  Skenario : Ernest Prakasa
Pemain Film Ngenest :
Ernest Prakasa, Kevin Anggara, Morgan Oey, Brandon Nicholas Salim, Lala Karmela, Marvel, Widson,Ardit Erwanda
Produksi : Starvison Plus
Tanggal Rilis : 2015
Durasi : - Menit



Film komedi "Ngenest" 2015 bercerita tentang seorang  Ernest, dia merupakan seorang keturunan Cina yang merasakan beratnya hidup dan dia juga sering dibully oleh teman-teman sekolahnya sejak dia masih SD. Menjadi korban bully membuatnya bertekad bahwa keturunannya kelak tidak boleh mengalami nasib yang sama. Untuk itu, dia berikrar untuk menikahi perempuan pribumi, dengan harapan agar anaknya kelak tidak mengalami kemalangan yang ia alami.
Sebenarnya penampilan fisiknya cukup bagus dan mencerminkan orang Cina kebanyakan bekulit putih, mata sipit. akan tetapi terlahir dengan mata sipit dan kulit putih menjadi kerugian baginya. Sejak hari pertama menginjakkan kaki di SD, dia langsung terkena bully atau ejekan oleh teman temannya . Hal ini berlanjut terus hingga SMP. Di SMP, dia mencoba cara yang berbeda, yakni berusaha berkawan dengan para pembully, dengan harapan bila ia berhasil berbaur, maka ia tidak akan jadi korban bully. Sayangnya, cara ini pun gagal.
Hingga pada suatu ketika Ernest berpikir bahwa ini adalah nasib yang harus ia terima. Tapi ia sadar bahwa ini tidak harus dialami oleh keturunannya kelak. Ia harus memutus mata rantai, dengan cara menikahi seorang perempuan pribumi, dengan harapan kelak ia akan memiliki seorang anak pribumi. Rencana ini ditentang oleh sahabatnya sejak SD, Patrick, yang merasa cita-cita Ernest ini  sangat aneh. walaupun bisa terkabul juga cita-citanya.
Seiring waktu berjalan, dan dia sudah masuk kuliah sampai semester 3, barulah dia berkenalan dengan gadis cantik bernama Meira, seorang gadis Sunda/Jawa yang seiman dengannya. Perkenalan mereka berlangsung cukup mulus, tapi masalah timbul saat Ernest bertemu dengan ayah Meira yang sama sekali tidak menyukai anaknya berpacaran dengan seorang Cina, karena ia pernah nyaris bangkrut akibat ditipu oleh rekan bisnisnya yang juga Cina. Tapi akhirnya Ernest berhasil mencuri hati calon mertuanya, dan setelah berpacaran selama lima tahun, mereka menikah.
Setelah menikah, ternyata Ernest memiliki sedikit kekhawatiran. yaitu apabila kelak anak mereka terlahir persis sang ayah. Bagaimana bila ia tetap gagal mencegah anaknya dari ejekan teman temannya. Segala ketakutan ini membuat Ernest menunda-nunda keinginan memiliki anak. Di sisi lain, Meira yang sudah didesak orangtuanya juga, ingin segera memiliki anak. Setelah melalui berbagai pertengkaran, akhirnya Ernest mengalah karena takut kehilangan Meira. Dua tahun setelah menikah, Meira hamil.
Semakin membesar perut Meira, semakin besar rasa takut yang menghantui Ernest. Puncaknya ketika Meira sudah mendekati tanggal melahirkan, tekanan semakin tinggi, Ernest pun stress sehingga melakukan kesalahan besar di kantor yang membuatnya dimaki-maki oleh boss. Tidak kuat menghadapi tekanan bertubi-tubi, Ernest melarikan diri ke tempat di mana ia dan Patrick biasa bersembunyi selagi mereka kecil.
Akhirnya Patrick menemukan Ernest di sana, dan menyadarkan Ernest untuk segera ke rumah sakit. Dengan terbirit-birit, Ernest berangkat ke RS dan menemani Meira melahirkan. Meira pun melahirkan seorang bayi perempuan bermata sipit. Meski anaknya tampak sangat Cina seperti ayahnya, tapi Ernest sangat bahagia. Kehadiran anaknya telah memberinya begitu banyak kehangatan yang membawa keberanian untuk menghadapi hidup, walaupun hidup ini banyak tantangannya .
Menurut kelompok kami, film ini menggambarkan apa yang terjadi pada kehidupan sehari-hari orang keturunan tionghoa yaitu menghadapi perhataan ejekan dan selalu di bully dalam lingkungan sekolah, tetangga, dan sekitarnya. Di film ini juga mengajarkan kita, bahwa apa yang kita harapkan tidak akan selalu menjadi kenyataan, dalam filosofi tokai patrick bahwa hidup selalu mengalir, tidak semua yang kita harapin akan terwujud dan gak semua yang kita takutkan akan terjadi. Menghindar dari apa yang kita takutkan itu bukanlah jalan keluar yang benar, kita harus dapat menghadapi setiap masalah yang ada dan menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang ada.

0 komentar:

Posting Komentar