Film
: NGENEST
Genre : Comedy
Sutradara : Ernest Prakasa
Produser : Chand Parwez, Fiaz Servia
Penulis Skenario : Ernest Prakasa
Pemain Film Ngenest : Ernest Prakasa, Kevin Anggara, Morgan Oey, Brandon Nicholas Salim, Lala Karmela, Marvel, Widson,Ardit Erwanda
Produksi : Starvison Plus
Tanggal Rilis : 2015
Durasi : - Menit
Sutradara : Ernest Prakasa
Produser : Chand Parwez, Fiaz Servia
Penulis Skenario : Ernest Prakasa
Pemain Film Ngenest : Ernest Prakasa, Kevin Anggara, Morgan Oey, Brandon Nicholas Salim, Lala Karmela, Marvel, Widson,Ardit Erwanda
Produksi : Starvison Plus
Tanggal Rilis : 2015
Durasi : - Menit
Film komedi "Ngenest" 2015
bercerita tentang seorang Ernest, dia merupakan seorang keturunan Cina
yang merasakan beratnya hidup dan dia juga sering dibully oleh teman-teman
sekolahnya sejak dia masih SD. Menjadi korban bully membuatnya bertekad bahwa
keturunannya kelak tidak boleh mengalami nasib yang sama. Untuk itu, dia
berikrar untuk menikahi perempuan pribumi, dengan harapan agar anaknya kelak
tidak mengalami kemalangan yang ia alami.
Sebenarnya penampilan fisiknya cukup
bagus dan mencerminkan orang Cina kebanyakan bekulit putih, mata sipit. akan
tetapi terlahir dengan mata sipit dan kulit putih menjadi kerugian baginya.
Sejak hari pertama menginjakkan kaki di SD, dia langsung terkena bully atau
ejekan oleh teman temannya . Hal ini berlanjut terus hingga SMP. Di SMP, dia
mencoba cara yang berbeda, yakni berusaha berkawan dengan para pembully, dengan
harapan bila ia berhasil berbaur, maka ia tidak akan jadi korban bully.
Sayangnya, cara ini pun gagal.
Hingga pada suatu ketika Ernest
berpikir bahwa ini adalah nasib yang harus ia terima. Tapi ia sadar bahwa ini
tidak harus dialami oleh keturunannya kelak. Ia harus memutus mata rantai,
dengan cara menikahi seorang perempuan pribumi, dengan harapan kelak ia akan
memiliki seorang anak pribumi. Rencana ini ditentang oleh sahabatnya sejak SD,
Patrick, yang merasa cita-cita Ernest ini sangat aneh. walaupun bisa
terkabul juga cita-citanya.
Seiring waktu berjalan, dan dia
sudah masuk kuliah sampai semester 3, barulah dia berkenalan dengan gadis
cantik bernama Meira, seorang gadis Sunda/Jawa yang seiman dengannya.
Perkenalan mereka berlangsung cukup mulus, tapi masalah timbul saat Ernest
bertemu dengan ayah Meira yang sama sekali tidak menyukai anaknya berpacaran
dengan seorang Cina, karena ia pernah nyaris bangkrut akibat ditipu oleh rekan
bisnisnya yang juga Cina. Tapi akhirnya Ernest berhasil mencuri hati calon
mertuanya, dan setelah berpacaran selama lima tahun, mereka menikah.
Setelah menikah, ternyata Ernest
memiliki sedikit kekhawatiran. yaitu apabila kelak anak mereka terlahir persis
sang ayah. Bagaimana bila ia tetap gagal mencegah anaknya dari ejekan teman
temannya. Segala ketakutan ini membuat Ernest menunda-nunda keinginan memiliki
anak. Di sisi lain, Meira yang sudah didesak orangtuanya juga, ingin segera
memiliki anak. Setelah melalui berbagai pertengkaran, akhirnya Ernest mengalah
karena takut kehilangan Meira. Dua tahun setelah menikah, Meira hamil.
Semakin membesar perut Meira,
semakin besar rasa takut yang menghantui Ernest. Puncaknya ketika Meira sudah
mendekati tanggal melahirkan, tekanan semakin tinggi, Ernest pun stress
sehingga melakukan kesalahan besar di kantor yang membuatnya dimaki-maki oleh
boss. Tidak kuat menghadapi tekanan bertubi-tubi, Ernest melarikan diri ke
tempat di mana ia dan Patrick biasa bersembunyi selagi mereka kecil.
Akhirnya Patrick menemukan Ernest di
sana, dan menyadarkan Ernest untuk segera ke rumah sakit. Dengan
terbirit-birit, Ernest berangkat ke RS dan menemani Meira melahirkan. Meira pun
melahirkan seorang bayi perempuan bermata sipit. Meski anaknya tampak sangat
Cina seperti ayahnya, tapi Ernest sangat bahagia. Kehadiran anaknya telah
memberinya begitu banyak kehangatan yang membawa keberanian untuk menghadapi
hidup, walaupun hidup ini banyak tantangannya .
Menurut kelompok kami, film ini
menggambarkan apa yang terjadi pada kehidupan sehari-hari orang keturunan
tionghoa yaitu menghadapi perhataan ejekan dan selalu di bully dalam lingkungan
sekolah, tetangga, dan sekitarnya. Di film ini juga mengajarkan kita, bahwa apa
yang kita harapkan tidak akan selalu menjadi kenyataan, dalam filosofi tokai patrick bahwa
hidup selalu mengalir, tidak semua yang kita harapin akan terwujud dan gak
semua yang kita takutkan akan terjadi. Menghindar dari apa yang kita takutkan
itu bukanlah jalan keluar yang benar, kita harus dapat menghadapi setiap
masalah yang ada dan menemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang
ada.
0 komentar:
Posting Komentar