Judul Film :
Sapu Tangan Fang Yin
Produser : Denny JA & Hanung Bramantyo
Sutradara :
Karin Bintaro
Pemain : Leony Vitria, Reza Nangin, Elkie Kwee, Selly Hasan|
Durasi : 48 menit
Sapu Tangan
Fang Yin berkisah tentang kehidupan seorang gadis keturunan ‘mata sipit’ yang
hidup pada era 1998. Fang Yin (Leony Vitria) dikisahkan sebagai gadis yang
memiliki kepekaan sosial tinggi. Hal itu ditunjukan dengan kegemarannya berbagi
dengan anak-anak jalanan di ibu kota. Ia dan kekasihnya, Albert (Reza Nangin),
memiliki mimpi untuk mendirikan sebuah yayasan yatim piatu agar dapat menampung
anak-anak jalanan. Sayangnya, mimpi itu gagal terwujud karena terjadinya
peristiwa Mei 1998. Ketika itu negeri berjalan tanpa pemerintahan. Unjuk rasa
berubah menjadi unjuk kekerasan. Kaum minoritas, terutama Tionghoa, dibunuh.
Mereka mengalami kekerasan seksual akibat diperkosa, termasuk Fang Yin. Ayah Fang Yin
(Elkie Kwee) terus mencari keadilan untuk membela hak putrinya. Tetapi aparat
kepolisian maupun badan penegak hukum lainnya tak dapat berbuat apa-apa. Fang
Yin sekeluarga akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Amerika. Mereka berharap
mendapat perlindungan hukum dan kehidupan yang lebih baik disana, dimana
diskriminasi etnis tidak lagi berlaku.
Fang Yin
melewati minggu-minggu pertama di Amerika dengan hambar. Ia masih mengalami
trauma berkepanjangan atas peristiwa pemerkosaan itu. Kesedihannya kian mengguncang ketika
mengingat kekasihnya, Albert. Untuk menyembuhkan jiwanya, ayah Fang Yin mendatangkan
seorang psikolog bernama Raisa (Selly Hasan). Raisa menjadi kawan baik Fang Yin
selama di Amerika. Atas usul Raisa juga lah, Fang Yin akhirnya memutuskan untuk
melanjutkan pendidikan di OTIS College of Art and Design. Kehidupan
baru Fang Yin telah dimulai. Tetapi kesakitan masa silamnya lagi-lagi belum
juga hilang. Kebencian Fang Yin merambah tidak hanya pada peristiwa pemerkosaan
itu, namun juga pada negeri dimana ia kehilangan kehormatannya: Indonesia.
Begitu bencinya ia pada Indonesia, sampai-sampai ia tidak mau lagi menginjakan
kaki disana. Sekalipun kedua orang tuanya telah memutuskan untuk kembali ke
Indonesia, Fang Yin lebih memilih untuk tinggal di Amerika. Ia membenci
Indonesia berikut orang-orang disana.
Setelah
belasan tahun berlalu, Fang Yin akhirnya memberanikan diri untuk melihat
Indonesia melalui layar internet. Ia melihat Indonesia baru dengan kacamata
yang berbeda. Diskriminasi etnis Tionghoa tidak lagi terjadi disana. Beberapa
kursi kementrian diduduki oleh orang-orang Tionghoa, barongsai bebas
melenggak-lenggok atau beratraksi dimana-mana,
koran berbahasa China diterbitkan, imlek dijadikan hari besar nasional, dan
sebagainya. Kenangan masa lalu nya di Indonesia bercampur aduk dengan nasihat-nasihat
bijak kakek Fang Yin semasa ia masih kecil dulu. Ia terkenang kampung halaman.
Ia rindu Indonesia. Indonesia masuk kembali ke dalam kalbunya. Ia bakar sapu
tangan tempat ia menyimpan air matanya, pertanda bahwa kebenciannya pada
Indonesia sudah mulai reda. Fang Yin pun pulang ke Indonesia.
Pada akhirnya, kami merasa bahwa film ini memiliki kedalaman emosi yang baik. Selain
menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan, penonton juga diajak untuk mempelajari
lagi sejarah: Mei 1998. Tetapi disinilah kelemahannya. Bagi generasi muda yang
tidak hidup di jaman itu mungkin agak sedikit kebingungan mengenai pembantaian
kaum Tionghoa. Dalam film tidak disampaikan mengapa kaum Tionghoa tiba-tiba
dibantai?. Terlepas dari itu, bagian terakhir dari film
Sapu Tangan Fang Yin terus berputar-putar di kepala saya. Jika ditelaah secara
keseluruhan, film ini tidak sekadar berisi pesan sesederhana ajakan untuk
berhenti bersikap diskriminatif terhadap suatu kaum. Sapu Tangan Fang Yin juga
mengisahkan nasionalisme seorang anak bangsa. Nasionalisme yang ditampilkan
adalah berupa kecintaan anak negeri kepada bangsanya serta keinginan untuk
berbuat dan menciptakan pengaruh pada Indonesia. Kasus diskriminasi etnis yang diangkat dalam
film ini akan sangat relevan sepanjang masa. Ada satu lagi bagian dari film
Sapu Tangan Fang Yin yang sangat menyentuh hati kami. Filosofi
sapu tangan yang digunakan dalam film ini sangat dalam maknanya. Terlebih lagi,
adegan ketika Fang Yin membakar sapu tangan sebagai simbol akan hilangnya kesedihan
dan kebenciannya pada Indonesia. Selain itu, film ini tentu tidak bisa hidup
tanpa ada narasi yang dibacakan oleh seorang laki-laki. Semula saya mengira
bahwa pembaca narasi akan sangat mengganggu kepaduan film ini. Tetapi, dengan
adanya narasi yang mirip puisi tersebut justru membuat film ini lebih bernyawa
dan indah.
Sapu Tangan
Fang Yin sebagai salah satu dari lima film Indonesia Tanpa Diskriminasi sangat
tidak boleh dilewatkan untuk ditonton. Film SapuTangan Fang Yin
ini menarik untuk ditonton karena mengingatkan kita mengenai peristiwa yang
terjadi pada Mei 1998, memang peristiwa ini sangat memilukan bahwa hal ini
pernah terjadi diIndonesia. Pesan-pesan kemanusiaan yang ditampilkan akan
menyadarkan kita bahwa perbedaan adalah bagian dari cara manusia untuk mengenal
Tuhan dan sesamanya.
1 komentar:
A-list casino - DrmCD
A-list casino is one 영천 출장샵 of the 안산 출장안마 most widely recognized gaming establishments in the United States and is 세종특별자치 출장마사지 the most comprehensive product of this 통영 출장마사지 company. 대구광역 출장샵 We Rating: 3.8 · 1,919 reviews
Posting Komentar